Sunday, 4 February 2018

“PERHITUNGAN KONVERSI REAKSI NATRIUM KARBONAT (Na2CO3) UNTUK MENURUNKAN KADAR Ca2+ PADA UNITCHEMICAL PLANT DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk, PORSEA ”



“PERHITUNGAN KONVERSI REAKSI NATRIUM KARBONAT (Na2CO3) UNTUK MENURUNKAN KADAR Ca2+ PADA UNITCHEMICAL PLANT DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk, PORSEA ”

KARYA AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mengikuti Ujian Akhir Guna Mendapatkan Gelar Ahli Madya Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan

Oleh :
SERIUS RANTO ANUS NAZARA
NIM : 14 01 160


KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I.
POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI MEDAN
JURUSAN TEKNIK KIMIA
2017

ABSTRAK
Larutan garam (brine) banyak digunakan sebagai bahan baku dalam indusri Klor-alkali yang menghasilkan Klorin (Cl2) dan Natrium Hidroksida (NaOH). Teknologi yang digunakan adalah elektrolisa larutan garam dengan sel membran. Pemurnian larutan garam dari impurities perlu dilakukan agar tidak terbentuk endapan CaCO3 pada permukaan membran yang dapat menurunkan produksi akibat penurunan effesiensi membran, meningkatkan konsumsi power listrik akibat naiknya tekanan membrane dan turunnya umur membrane sehingga harus sering dilakukan pergantian sel membrane dalam electrolizer. Proses pemurnian larutan garam (Brine) yang dilakukan di unit Brine Treatment, Chemical Plant, PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, Porsea bertujuan untuk mengurangi impurities seperti Kalsium dan Magnesium di dalam larutan garam (Brine) agar memenuhi spesifikasi sebagai umpan pada proses elektrolisa larutan garam. Salah satucara yang dilakukan untuk menurunkan impurities seperti Kalsium dan Magnesium adalah dengan penambahan Natrium Karbonat (Na2CO3). Tujuan dari penulisan Karya Akhir ini adalah untuk menghitung konversi reaksi Natrium Karbonat untuk menurunkan kadar Kalsium yang terdapat pada larutan garam (brine). Konversi Natirum Karbonat dihitung berdasarkan jumlah Natrium Karbonat yang bereaksi dengan Kalsium dan Magnesium yang terdapat dalam larutan garam (brine). Dari hasil analisa yang telah dilakukan dengan menggunakan reaksi stokiometri diperoleh kebutuhan Natrium Karbonat untuk menurunkan konsentari CaCl2 dengan laju brine 15 m3/jam adalah 9,6112 kg/jam dan Konversi reaksi Na2CO3 adalah 52,44%.

Kata kunci: Na2CO3, Impurities, Larutangaram (brine), Elektrolisa












LEMBAR PENGESAHAN
“PERHITUNGAN KONVERSI REAKSI NATRIUM KARBONAT (Na2CO3) UNTUK MENURUNKAN KADAR Ca2+ PADA UNIT CHEMICAL PLANT  DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk, PORSEA ”
Yang Telah Dipersiapkan dan Disusun Oleh:

SERIUS RANTO ANUS NAZARA
NIM. 14 01 160

Telah dipertahankan di depan dewan penguji
Pada tanggal : 19 September 2017
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat yang diperlukan
Untuk mendapatkan derajat Ahli Madya
Diploma Tiga (D-III)
Pada
Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan

      Pembimbing I                                                 Anggota Tim Penguji


 (Yenny Sitanggang, ST, MT)
 NIP: 19721026 200112 2 002                   1. (Ir. Mariani Sebayang, M.Si)
                                                                                   NIP. 19600405 199003 2 001


                                                                          2. (Gimelliya Saragih, ST, M.Si)                 
                                                                               NIP. 19761007 200312 2 002    


     Pembimbing II                                          3. (Dra. Ratnawaty Tarigan, M.Si)
                                                                              NIP. 19540519 198303 2 002

     (Ir. Rosmiati, M.Si)
     NIP: 19590604 198303 2 003                    4. (Yenny Sitanggang, ST, MT)
                                                                                   NIP. 19721026 200112 2 002

Medan,       Oktober 2017
Politeknik Teknologi Kimia Industri
Direktur



(Ir. H. Mansyur, M.Si)
NIP. 19590201 198603 1 013


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Penulisan Karya Akhir ini.
Dalam penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada :
1.      Bapak Ir. H. Mansyur, M.Si selaku Direktur Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan.
2.      Pembantu Direktur I, II, III Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan.
3.      Ibu Mahyana, SE. selaku Ka. Sub Bag. Administrasi Akademik Kemahasiswaan dan Kerjasama.
4.      Ibu Maulidna, ST, M.Si selaku Dosen Wali penulis sekaligus Ketua Jurusan Teknik Kimia serta Ibu Ratna Kristina Tarigan selaku sekretaris Jurusan Teknik Kimia.
5.      Ibu Yenny Sitanggang ST, MT selaku pembimbing I dan Ibu Ir. Rosmiati, M,Si, selaku pembimbing II yang telah membantu penulis dalam memberikan arahan dan dukungan sehingga penulisan Karya Akhir ini dapat diselesaikan.
6.      Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan Pegawai pada Politeknik Tekinologi Kimia Industri Medan.
7.      PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, Porsea yang telah memberikan kesempatan kepada saya sehingga karya akhir ini dapat selesai dengan baik.
8.      Ayah dan Ibu saya tercinta, adik-adik (Murni Wati Nazara, Juni Putra Nazara, Setiaman Nazara dan Mayman Jaya Nazara) dan seluruh keluarga besar saya yang berpartisipasi mendukung penulis baik dalam Doa, moril, maupun material dalam penyelesaian Karya Akhir ini.




9.      Bang Budiamanto Siahaan, SE, selaku abag Kos saya yang terus membantu dalam setiap masalah, teman-teman organisasi Paduan Suara Mahasiswa PTKI Medan dan semua teman teman yang berjuang dalam penyelesaian Karya Akhir di tahun 2017 ini.
Penulis berharap semoga karya akhir ini dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan kedepan


Medan,    September 2017
Penulis

Serius Ranto Anus Nazara
NIM : 14 01 160



DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK..................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................ iii
DAFTAR ISI................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR................................................................................. vii
DAFTAR TABEL..................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. ix
BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1  LatarBelakangMasalah................................................................ 1        
1.2  PerumusanMasalah...................................................................... 5
1.3  Tujuan Dan ManfaatPenelitian.................................................... 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 6
2.1 Pengertian Pulp........................................................................... 6
2.2 NatriumKarbonat (Na2CO3)........................................................ 7
2.3 NatriumKlorida (NaCl)............................................................... 8
2.4 ManfaatNaCl............................................................................. 13
2.5 Jenis-JenisProses PengolahanLarutanGaram............................. 13
2.6 ElektrolisaLarutanGaram.......................................................... 16
2.7 KarakteristikKalsium (Ca)......................................................... 20
2.8 Karakteristik Magnesium.......................................................... 20
2.9 KonversiReaksi......................................................................... 21
2.10 KajianPenelitian Yang Relavan............................................... 21
2.11 KerangkaKonseptual............................................................... 22
BAB 3. METODE PENELITIAN............................................................ 25
3.1 Tempat Dan WaktuPenelitian................................................... 25
3.2 Pengumpulan Data.................................................................... 25



DAFTAR ISI
Halaman
BAB 4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN................................. 31
4.1 Data HasilKerjaPraktek............................................................. 31
4.2 Analisa Data.............................................................................. 34
4.3 Pembahasan............................................................................... 42
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 44
5.1 Kesimpulan................................................................................. 44
5.2 Saran........................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN



DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Proses Elektrolisa Menggunakan Membrane ..........................
Gambar 2. Proses Pemurnian Larutan Garam ..........................................
Gambar 3. Proses Pemurnian Larutan Garam ..........................................




DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Sifat Sifat Natrium Karbonat (Na2CO3) .......................................
Tabel 2. Sifat Sifat Natrium Klorida ............................................................
Tabel 3. Spesifikasi Larutan Garam ............................................................
Tabel 4. Sifat-Sifat Kalsium ..........................................................................
Tabel 5. Sifat-Sifat Magnesium ....................................................................
Tabel 6. Data Pengamatan Laju Brine dan Konsentrasi Brine .................
Tabel 7. Data Pengamatan Pengukuran Kadar Ca
Di Dalam Larutan Brine ...............................................................................
Tabel 8. Material Balance Proses Pemurnian Larutan Garam..................
Tabel 9. Data Hasil Perhitungan Proses Pemurnian Garam......................
Tabel 10. Data Hasil Perhitungan Proses Pemurnian Garam....................



DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.Standarmutu brine untuk proses elektrolisa......................... 47
Lampiran 2. Flow sheet brine treatment................................................. 48
Lampiran 3.Suratketeranganpenerimaan PKL........................................ 49
Lampiran 4.Suratketeranganselesai PKL................................................ 50
Lampiran 5.Daftarnilai PKL................................................................... 51
Lampiran 6. Form kuisioner PKL........................................................... 52
Lampiran 7.Lembarasistensikaryaakhir................................................... 53



BAB  1
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang Masalah
Pulp adalah bahan serat kering yang dibentuk melalui proses pemisahan serat secara kimiawi atau mekanik dari bahan kayu, limbah serat atau limbah kertas. Pulp dapat berbentuk gumpalan atau dibentuk menjadi lembaran. Pulp yang diangkut dan dijual dalam bentuk bubur kertas (yang tidak diproses kebentuk kertas dalam proses pabrik yang sama) adalah sebagai bahan setengah jadi. Saat tersuspensi di dalam air, serat terdispersi dan menjadi lebih lentur. Pulp ini dapat dicetak menjadi lembaran kertas. Pulp terbuat dari kayu lunak (softwood) seperti cemara dan dari kayu keras (hardwood) seperti eucalyptus.
Pulp merupakan salah satu kebutuhan penting di Indonesia. (Zulferiyenni, 2009). Kebutuhan pulp di dalam negeri dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan kertas. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar menjadikan kertas sebagai salah satu sarana komunikasi nonverbal dalam berbagai kehidupan.
Sebagian besar industri pulp di Indonesia menggunakan bahan baku kayu yang berasal dari Hutan Tanaman Industri (HTI). Filosofi Hutan Tanaman Industri (HTI) dikembangkan dari lahan hutan yang sudah rusak akibat eksploitasi yang berlebihan di masa lalu dan kemudian ditanami kembali. Sebagian hasil kayu dimanfaatkan untuk kebutuhan industri, namun sebagian besar lainnya masih merupakan tanaman. Dengan kata lain, pengelolaan Hutan Tanaman Industri (HTI) diatur berkelanjutan mengikuti kaidah – kaidah kelestarian. (Departemen Perindustrian, 2009)
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, Porsea adalah salah satu perusahaan penghasil pulp terbesar di Indonesia. Bahan baku yang digunakan di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk adalah kayu dari pohon Eucalyptus dan kayu dari pohon lainnya yang terdapat di alam. Pulp yang diproduksi di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk terbagi atas dua macam, yaitu Dissolved Kraft Pulp (DKP) dan Bleached Kraft Pulp (BKP). (Anonim, 2010)
Dissolved Kraft Pulp dan Bleached Kraft Pulp diproduksi secara Kraft (Kimia). Kedua jenis pulp ini dibedakan berdasarkan jenis kayu yang digunakan.  Dissolved Kraft Pulp adalah pulp yang diproduksi dengan bahan baku kayu Eucalyptus. Sedangkan Bleached Kraft Pulp (BKP) adalah pulp yang diproduksi dengan bahan baku kayu campuran, seperti Eucalyptus dan Pinus. (Anonim, 2010)
Namun, PT. Toba Pulp Lestari, Tbk lebih mengutamakan produksi pulp jenis Dissolved Kraft Pulp (DKP) dari pada pulp jenis Bleached Kraft Pulp (BKP). Hal ini dikarenakan harga jual dari pulp jenis Dissolved Kraft Pulp (DKP) lebih tinggi dari pada pulp jenis Bleached Kraft Pulp (BKP) yang harga jualnya lebih rendah dengan biaya produksi yang lebih tinggi. (Anonim, 2010)
Untuk mendukung  proses – proses produksi pulp tersebut, PT. Toba Pulp Lestari, Tbk telah dilengkapi dengan Pabrik Kimia (Chemical Plant) yang beroperasi untuk memproduksi bahan – bahan kimia untuk keperluan dalam pabrik, seperti Bleaching (Pemutihan Pulp) di unit Bleaching Plant dan Water Treatment (Pengolahan Air).
Chemical Plant (Pabrik Kimia) yang beroperasi untuk menghasilkan bahan – bahan kimia terbagi atas dua seksi utama, yaitu :
a.    Chlor Alkali Plant
Chlor Alkali Plant (Pabrik Klor Alkali) terbagi atas enam unit, antara lain :
1.    Unit Brine Treatment
2.    Unit Sulphur Dioxide (SO2) Plant
3.    Unit Cell House
4.    Unit Oxygen and Nitrogen PSA
5.    Unit Chlorine Treatment
6.    Unit Hypo Plant



b.   Chlorine Dioxide Plant
Chlorine Dioxide Plant (Pabrik Klorin Dioksida) terbagi atas empat unit, antara lain :
1.    Unit Chlorate Cell Electrolyzer
2.    Unit Chlorine Dioxide (ClO2) Generator
3.    Unit HCl Plant
4.    Unit Chiller

Salah satu unit yang penting dan berkaitan dengan permasalahan pokok yang hendak dibahas adalah unit Pengolahan Larutan Garam (Brine Treatment). Pengolahan ini bertujuan untuk memperoleh larutan garam dengan kandungan zat pengotor sekecil mungkin.
Salah satu bahan baku yang digunakan di Chemical Plant untuk memproduksi bahan – bahan kimia adalah Natrium Klorida (NaCl). Natrium Klorida dalam bentuk padatan dilarutkan dengan Demin Water (Air Demineralisasi) sehingga menjadi larutan garam. Larutan garam inilah yang akan dielektrolisa untuk menghasilkan bahan kimia seperti Natrium Hidroksida 32% dan 10%, Klorin (Cl2) dan Hidrogen (H2).
Namun, sebelum masuk ke proses elektrolisa, larutan garam harus melewati proses pengolahan larutan garam (Brine Treatment) terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengurangi kandungan zat pengotor di dalam larutan garam. Kandungan zat pengotor seperti Kalsium dan Magnesium dapat menyebabkan kerusakan pada sel membran penukar kation yang digunakan pada proses elektrolisa.
Salah satu cara yang digunakan untuk mengurangi kandungan zat pengotor seperti Kalsium dan Magnesium dalam larutan garam adalah dengan penambahan Natrium Karbonat (Na2CO3). Kalsium dan Magnesium dalam larutan garam bereaksi dengan Na2CO3 sehingga konsentrasi Kalsium dan Magnesium dalam larutan garam mengalami penurunan.
Zat – zat pengotor dalam larutan garam yang tidak dikurangi terlebih dahulu, dapat menyebabkan penyumbatan pada sel membran dan mengurangi efisiensi kerja sel membran. Selain itu, konsentrasi Kalsium dan Magnesium dalam larutan garam juga dapat menyebabkan kerak pada perpipaan sehingga dapat mengakibatkan penyumbatan pada perpipaan.
Kandungan zat – zat pengotor (impurities) yang terdapat pada larutan garam dalam bentuk Kalsium Klorida (CaCl2) dan Magnesium Klorida (MgCl2). Zat – zat pengotor tersebut bereaksi dengan Natrium Karbonat (Na2CO3) di dalam Tanki Precipitation membentuk endapan Kalsium Karbonat (CaCO3) dan Magnesium Karbonat (MgCO3) dengan mekanisme reaksi sebagai berikut :
Na2CO3 +  Ca2+             CaCO3  + 2Na+
Na2CO3 +  Mg2+          MgCO3+ 2Na+
Berdasarkan reaksi tersebut, maka dapat diketahui penurunan konsentrasi Kalsium dan Magnesium dalam larutan garam dan Natrium Karbonat yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan Kalsium dan Magnesium.
Berdasarkan uraian – uraian tersebut, penulis berminat untuk membahas judul mengenai :
“PERHITUNGAN KONVERSI REAKSI NATRIUM KARBONAT (Na2CO3) UNTUK MENURUNKAN KADAR Ca2+ PADA UNIT CHEMICAL PLANT DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk, PORSEA”.










1.2.       Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi rumusan masalah antara lain :
1.    Berapa jumlah Natrium Karbonat (Na2CO3) yang dibutuhkan untuk menurunkan konsentrasi Kalsium dalam umpan  larutan garam (brine) dengan laju 15 m3/jam ?
2.    Berapa harga Konversi Reaksi (%) dari Natrium Karbonat (Na2CO3) yang bereaksi dengan larutan garam (Brine) ?
1.3.       Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1.      Tujuan Penelitian
a.    Untuk mengetahui jumlah Natrium Karbonat yang dibutuhkan untuk menurunkan konsentrasi Kalsium dalam larutan garam.
b.    Untuk mengetahui harga konversi reaksi Natrium Karbonat (Na2CO3).
1.3.2.      Manfaat Penelitian
a.    Mengurangi resiko kerugian akibat penggunaan Natrium Karbonat yang terlalu berlebihan.
b.    Menjaga kualitas larutan garam agar konsentrasi Kalsium dan Magnesium dalam larutan garam dapat memenuhi standar  sebagai umpan masuk untuk proses elektrolisa di Unit Chlor Alkali Plant.



BAB  2
KAJIAN PUSTAKA
2.1.       Pengertian Pulp Secara Umum
Pulp adalah salah satu produk dengan bahan baku utama kayu. Pulp pada umumnya digunakan untuk pembuatan kertas. Selain kertas, pulp juga diproses menjadi berbagai turunan selulosa, seperti sutera rayon dan selofan. Tujuan utama dari pembuatan pulp kayu adalah untuk melepaskan serat – serat yang dapat dilakukan secara kimia atau secara mekanik atau dengan kombinasi dua tipe perlakuan tersebut. (Sastrohamidjojo, 1995)
Sebagai mana yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa pulp merupakan hasil pembuburan bahan tumbuhan yang komponen utamanya adalah selulosa. Ada dua jenis kayu yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan pulp, yaitu :
1.    Kayu yang berserat pendek (Hard Wood)
2.    Kayu yang berserat panjang (Soft Wood)
Kayu yang digunakan sebagai bahan baku adalah kayu dari pohon Eucalyptus. Hal ini dikarenakan kayu tersebut mengandung serat selulosa yang tinggi jika dibandingkan dengan tumbuhan yang lain. (Tarigan, 2015)
Adapun komponen senyawa yang merupakan penyusun pulp adalah sebagai berikut;
a.    Selulosa
Selulosa tersusun atas molekul glukosa rantai lurus dan panjang yang sangat diharapkan dalam pembuatan pulp.
b.    Hemiselulosa
   Hemiselulosa adalah senyawa yang tersusun atas glukosa rantai pendek dan bercabang. Hemiselulosa lebih muda larut dalam air dan biasanya dihilangkan dalam proses pulping.



c.    Lignin
     Lignin adalah jaringan polimer fenolik tiga dimensi yang berfungsi merekatkan serat selulosa sehingga menjadi kaku. Pulping kimia dan proses pemutihan akan menghilangkan lignin tanpa mengurangi serat selulosa secara signifikan.
d.   Ekstraktif
     Kayu mengandung sejumlah kecil substansi bervariasi yang disebut dengan Ekstraktif. Asam lemak, asam renian, lilin, dan senyawa fenol adalah kelompok Ekstraktif. (Tarigan, 2015)

2.2.       Natrium Karbonat (Na2CO3)
Natrium Karbonat (Na2CO3) atau lebih dikenal dengan nama Soda Ash adalah suatu zat padat ringan yang agak larut di dalam air dan biasanya mengandung 99,3% Na2CO3. (Austin, 1996). Natrium Karbonat (Na2CO3) juga merupakan komoditas kimia, dimana sekitar 75% produksi dunia adalah abu sintetis yang dibuat dari Natrium Klorida (NaCl) melalui proses Solvay atau proses yang sejenis dan sisanya sekitar 25% diperoleh dari Natrium Karbonat alami. (Hudi, 2009)
Natrium Karbonat  juga merupakan senyawa yang mempunyai berat molekul 106 gr/mol. Natrium Karbonat berwarna putih, berbentuk padatan kristal dan ada pula yang berbentuk bubuk yang bersifat higroskopik
Dalam dunia perdagangan, Natrium Karbonat banyak dimanfaatkan untuk industri kaca, obat – obatan, bahan makanan, water treatment, deterjen, industri pulp dan kertas, industri tekstil dan lain – lain.
Pada proses pembuatan pulp, larutan Na2CO3 merupakan make up atau pengotor pada larutan pemasak (white liquor) dimana Na2CO3 ini merupakan alkali yang tidak aktif pada proses pemasakan chip. Akan tetapi melalui proses recaustizing Na2CO3 ini dapat digunakan untuk menghasilan NaOH dengan penambahan CaCO3 pada proses pengapuran di lime klin, dimana NaOH yang dihasilkan akan digunakan sebagai larutan pemasak chip. (Elisa Putri, 2009).
Berikut ini adalah sifat – sifat dari Natrium Karbonat (Na2CO3) antara lain;
Tabel 1. Sifat – sifat Natrium Karbonat (Na2CO3)
Jenis Sifat
Keterangan
Rumus Molekul
Na2CO3
Berat Molekul
106 gr/mol
Titik Lebur, 1 atm
851°C
Kelarutan, 0°C
7,1 gr/100 gr H2O
Kelarutan , 100°C
485 gr/100 gr H2O
Berat Jenis, 20°C
2,533 gr/ml
Panas Spesifik, 30°C
0,89 kal/mol
Panas Penguapan
7000 kal/mol
Kapasitas Panas, 25°C
4,3350 kal/mol°C
Sumber: Hudi (2009).

2.3.       Garam (NaCl)
              Garam (NaCl) atau lebih dikenal dengan nama garam dapur, termasuk dalam kelas mineral halida atau dikenal dengan nama Halite, dengan komposisi kimia sebagai Natrium Klorida (NaCl) yang terdiri dari 39,3% Natrium (Na) dan 60,7% Klorida (Cl). (Agus dkk, 2006). Garam ini umumnya diperoleh dari bahan baku berupa air laut, batuan garam, dan larutan garam alamiah. (Angela dan Judy, 2014)
              Natrium Klorida (NaCl) merupakan garam yang paling banyak ditemukan di dunia. NaCl murni berbentuk kristal kubik berwarna putih dengan sifat – sifat antara lain :
  
  
Tabel 2. Sifat – sifat Natrium Klorida (NaCl)
Jenis Sifat
Keterangan
Berat Molekul
58,44 gr/mol
Bentuk Kristal
Kubik
Warna
Tidak berwarna/Putih
Densitas
2,165 gr/ml
Titik Leleh
801°C
Titik Didih
1413°C
Kapasitas Panas
0,853 J/gr °C
Panas Pelarutan, 1 kg H2O, 25°C
3,757 kJ/mol
Surber: Angela dan Judy (2014).
              Garam dapat diperoleh dengan tiga cara, yaitu penguapan air laut dengan sinar matahari, penambangan batuan garam (Rock Salt) dan dari sumur air garam (Brines). Kemurnian garam yang dibuat dengan penguapan air garam biasanya lebih dari 99%. Garam hasil tambang berbeda – beda dalam komposisinya, bergantung pada lokasi, namun biasanya kemurniannya lebih dari 95%. (Agus dkk, 2006)
            Industri kimia yang memanfaatkan garam Natrium Klorida (NaCl) atau garam dapur sebagai bahan bakunya disebut dengan Industri Klor Alkali. Produk utama industri Klor Alkali ini adalah Klorin (Cl2), Natrium Hidroksida (NaOH) dan Hidrogen (H2). (Austin, 1996)
              Natrium Klorida (NaCl) merupakan bahan baku dasar untuk pembuatan bermacam – macam bahan kimia, seperti Natrium Hidroksida (NaOH), Natrium Sulfat (Na2SO4), Asam Klorida (HCl), Natrium Fosfat (Na3PO4), Natrium Klorat, Natrium Klorit, dan merupakan sumber untuk menghasilkan berbagai bahan lain melalui turunan atau derivatifnya. (Austin, 1996).
              Produk – produk yang dihasilkan oleh industri Klor Alkali seperti Natrium Hidroksida (NaOH) dan Klorin (Cl2) banyak dibutuhkan oleh indutri – industri lain seperti industri pulp dan kertas, tekstil, deterjen, sabun dan pengolahan air limbah. Teknologi terkini yang digunakan pada industri Klor Alkali untuk menghasilkan Klorin (Cl2) dan Natrium Hidroksida (NaOH) adalah elektrolisa larutan garam (Brine). (Lustika dan Wanti, 2009)
              Pada dasarnya, untuk memproduksi Klorin (Cl2) dan Natrium Hidroksida (NaOH) adalah dengan mengalirkan arus listrik melalui larutan garam NaCl (Brine). Larutan garam tersebut akan terdisosiasi oleh pertukaran elektron menjadi gas Klorin (Cl2), Natrium Hidroksida (NaOH) dan gas Hidrogen (H2). Proses ini berawal dari pemurnian larutan garam, hingga akan memisahkan bahan baku utama, yaitu NaCl dari pengotor lain yang ada di dalam larutan garam. (Abqari, 2012)
              Teknologi elektrolisa Brine dipilih karena bahan baku garam yang lebih murah, kualitas produk yang lebih baik serta tekanan dan temperatur operasi yang diperlukan rendah. Proses elektrolisa larutan garam umumnya menggunakan sel membran penukar ion  karena dapat menghasilkan produk elektrolisa dengan kualitas yang lebih baik. Tetapi kelemahan dari sel membrane penukar ion adalah larutan garam yang diumpankan ke Cell Electrolyzer tidak boleh mengandung zat pengotor yang terlalu tinggi. (Lustika dan Wanti, 2009)
              Zat – zat pengotor (impurities) di dalam larutan garam meliputi senyawa – senyawa seperti MgCl2, CaCl2. Zat – zat pengotor (impurities) tersebut dapat bereaksi dengan ion karbonat sehingga membentuk endapan putih CaCO3 dan MgCO3. (Bahruddin dkk, 2003)
               Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :                                                                                               
                         Na2CO3 + CaCl2            CaCO3  + 2NaCl
                    Na2CO3 + MgCl2           MgCO3  + 2NaCl

              Endapan – endapan yang terbentuk akan menutupi permukaan membran sehingga akan menghambat penyeberangan ion Na+ dari anoda ke katoda. Sampai saat ini, pemisahan larutan garam dari zat – zat pengotor di dalamnya masih menjadi permasalahan yang cukup serius dalam industri Klor Alkali, terutama karena harus sering dilakukan penggantian sel membran di dalam Electrolyzer untuk mengantisipasi kegagalan proses. (Bahruddin dkk, 2003)
              Ada 3 (tiga) macam pengaruh atau dampak yang diakibatkan oleh adanya endapan – endapan tersebut terhadap membran yang digunakan untuk proses elektrolisa, yaitu turunnya produksi akibat turunnya efisiensi membran, naiknya daya listrik akibat naiknya tekanan membran dan turunnya usia pakai membran. (Bahruddin dkk, 2003)
              Untuk mengurangi kandungan zat – zat pengotor (impurities) yang terdapat dalam larutan garam (Brine), dapat dilakukan dengan kombinasi proses pencucian dan pelarutan yang cepat pada saat pembuatan garam NaCl. Sedangkan penghilangan zat – zat pengotor dari produk garam dapat dilakukan dengan proses kimia, yaitu mereaksikannya dengan Natrium Karbonat (Na2CO3) dan Natrium Hidroksida (NaOH) sehingga terbentuk endapan CaCO3 dan Mg(OH)2. (Bahruddin dkk, 2003)
              Penambahan Natrium Karbonat (Na2CO3) dan Natrium Hidroksida (NaOH) merupakan bagian proses yang sangat penting dalam proses pemurnian larutan garam (Brine). Untuk menghindari terjadinya pemecahan endapan yang disebabkan oleh sifat metal hidroksida yang mudah pecah, maka Natrium Karbonat (Na2CO3) ditambahkan terlebih dahulu daripada Natrium Hidroksida (NaOH). (Bahruddin dkk, 2003)
              Hasil terbaik akan didapatkan jika Natrium Karbonat (Na2CO3) dan Natrium Hidroksida (NaOH) ditambahkan secara bersamaan sehingga akan menghasilkan reaksi secara bersamaan. Pengendapan bersama CaCO3 dan Mg(OH)2 akan berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan endapan hidroksida yang mengendap sendiri. Hasil yang baik juga didapatkan jika Natrium Karbonat (Na2CO3) ditambahkan lebih dahulu sebelum penambahan Natrium Hidroksida (NaOH). (Bahruddin dkk, 2003)
              Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan dan pemisahan endapan – endapan dari hasil reaksi kimia tersebut adalah suhu, chemical excess, rasio Ca/Mg, penambahan flokulan, pengadukan dan pengendapan. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa besaran parameter – parameter tersebut bervariasi. Suhu reaksi umumnya 60°C ke atas dengan Natrium Karbonat (Na2CO3) excess yaitu 0,15 sampai dengan 1,5 gr/L dan Natrium Hidroksida (NaOH) excess yaitu 0,006 sampai dengan 0,5 gr/L. (Bahruddin dkk, 2003)
              Natrium karbonat ditambahkan dalam jumlah excess supaya dapat bereaksi dengan impurities yang terlarut dalam endapan kalsium karbonat. Adapun spesifikasi larutan garam (Brine) yang diizinkan untuk melewati proses elektrolisa di Chemical Plant, PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, Porsea adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Spesifikasi larutan garam (Brine)
Variabel
Spesifikasi
Konsentrasi Brine
300 – 310 gr/L
Kalsium (Ca) dalam Brine
30 ppb
Magnesium (Mg) dalam Brine
30 ppb
Na2CO3 Sisa dalam Brine
0,5 – 0,6 gr/L
          Sumber : Chemical Plant, Standart Operational Procedure.



2.4.       Manfaat NaCl
            Natrium Klorida (NaCl) dapat diklasifikasikan berdasarkan manfaat utamanya, antara lain :
2.4.1.      Garam Pro Analis
                   Garam Pro Analis merupakan garam dengan kemurnian yang tinggi (> 99%) yang digunakan sebagai reagen dalam analisis di laboratorium dan industri farmasi. (Angela dan Judy, 2014)
2.4.2.      Garam Konsumsi
                   Garam konsumsi merupakan garam dengan kadar NaCl sebesar 97% atas dasar bahan kering (dry basis), kandungan impurities (sulfat, magnesium dan kalsium) sebesar 2% dan kotoran lainnya (lampu, pasir) sebesar 1% serta kadar air maksimal sebesar 7%. Kelompok kebutuhan garam konsumsi antara lain untuk konsumsi rumah tangga, industri makanan, industri minyak goreng, industripengasinan dan pengawetan ikan (RA MOHI, 2014).
2.4.3.      Garam Industri
                   Garam industri adalah garam dengan kadar NaCl sebesar 97% dengan kandungan impurities (sulfat, magnesium, dan kalsium serta kotoran lainnya) yang sangat kecil. Kegunaan garam industri antara lain untuk industri perminyakan, pembuatan NaOH dan Cl2, penyamakan kulit dan pharmaceutical salt (RA MOHI, 2014).
2.5.       Jenis – Jenis Proses Pemurnian Larutan Garam    
              Pengolahan larutan garam (Brine) perlu dilakukan mengingat banyaknya zat – zat pengotor (impurities) yang terdapat di dalam larutan garam tersebut. Impurities yang terdapat dalam larutan garam meliputi senyawa – senyawa yang bersifat higroskopis, yaitu MgCl2 dan CaCl2, serta beberapa zat yang bersifat reduktor seperti Fe, Cu, Zn dan beberapa senyawa organik. Menurunkan impurities dalam garam dapur dapat dilakukan dengan beberapa proses. (Lustika dan Wanti, 2009)


2.5.1.      Melt Refining Process
                      Pada Melt Refining Process, Natrium Klorida dilelehkan, kemudian ditreatment untuk menghilangkan impurities berupa Kalsium, Magnesium dan Sulfat. Proses ini tidak ekonomis karena dibutuhkan energi yang tinggi pada proses pelelehan. (Lustika dan Wanti, 2009)
2.5.2.      Cady Process
                     Pada Cady Process, ke dalam larutan garam yang mengandung MgCl2, CaCl2, MgSO4 dan CaSO4 pertama – tama ditambahkan Natrium Sulfat untuk mengendapkan CaSO4, kemudian ditambahkan alkali karbonat dan alkali hidroksida untuk membentuk endapan CaCO3, SrCO3 dan Mg(OH)2. (Lustika dan Wanti, 2009)
2.5.3.      Rekristalisasi
                     Rekristalisasi merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk memisahkan zat – zat pengotor dari larutan garam. Teknik ini banyak digunakan pada industri Lithium. Lithium Hidroksida direkristalisasi untuk mengurai konsentrasi ion Kalsium (Ca2+) dari 125 ppm menjadi 20 – 25 ppm. (Lustika dan Wanti, 2009)
2.5.4.      Proses Na2CO3/NaOH
                     Proses Na2CO3/NaOH merupakan salah satu proses yang paling banyak digunakan untuk memurnikan larutan garam yang mengandung zat – zat pengotor (impurities) seperti Kalsium, Magnesium dan Stronsium. Pada proses ini, larutan garam dicampur dengan alkali karbonat seperti Natrium Karbonat (Na2CO3) untuk membentuk endapan CaCO3 dan SrCO3. (Lustika dan Wanti, 2009)            Endapan CaCO3 dan SrCO3 yang terbentuk, dipisahkan dari larutan garam. Kemudian, ke dalam larutan tersebut ditambahkan Natrium Hidroksida (NaOH) untuk membentuk endapan Mg(OH)2 dan Ca(OH)2. Endapan Mg(OH)2 dan Ca(OH)2 dipisahkan dari larutannya dengan proses filtrasi. Untuk mengambil endapan sisa yang masih terlarut dalam filtrat, maka filtrat tersebut dilewatkan ke dalam Crystallizer. (Lustika dan Wanti, 2009)
                      Selain untuk memurnikan larutan garam dari zat – zat pengotor (impurities), proses ini juga bisa digunakan untuk memperoleh garam Natrium Klorida murni. Proses NaOH/Na2CO3 merupakan proses pengolahan larutan garam yang hampir sama dengan proses Na2CO3/NaOH. Akan tetapi, NaOH terlebih ditambahkan ke dalam larutan garam, kemudian ditambahkan Na2CO3. (Lustika dan Wanti, 2009)
                     Proses Na2CO3/NaOH dilakukan dengan tanpa adanya kristalisasi. Proses kristalisasi tersebut tidak perlu dilakukan karena proses Na2CO3/NaOH yang diterapkan bukan untuk memperoleh garam Natrium Klorida (NaCl) murni, tetapi hanya untuk mengurangi zat – zat pengotor (impurities) yang terkandung dalam larutan garam. 
                     Proses ini secara garis besar dilakukan dengan empat tahap, antara lain :
a.    Koagulasi
        Koagulasi adalah tahap penambahan ion dengan muatan yang berlawanan agar menimbulkan destabilisasi partikel koloid. Sehingga, lapisan difusi akan mengecil dan memungkinkan terjadinya gaya tarik menarik antar partikel. Koagulan yang digunakan adalah senyawa Natrium meliputi Natrium Karbonat (Na2CO3) dan Natrium Hidroksida (NaOH).
       Koagulan ditambahkan ke dalam larutan garam (Brine) dan dilakukan pengadukan secara perlahan. Natrium Karbonat ditambahkan terlebih dahulu sebelum Natrium Hidroksida. Apabila Natrium Hidroksida ditambahkan lebih awal tanpa kehadiran ion karbonat, maka ion hidroksida akan mudah pecah dan akan menyulitkan proses pengendapan. (Lustika dan Wanti, 2009)
b.    Flokulasi
              Flokulasi adalah tahap penambahan flokulan untuk membentuk flok – flok yang lebih besar dan lebih berat serta mengakibatkan berat jenis padatan yang terbentuk akan menjadi lebih besar dan laju pengendapan menjadi naik. Flokulasi dilakukan dengan pengadukan lambat untuk mencegah pecahnya flok – flok tersebut. (Lustika dan Wanti, 2009)
c.    Sedimentasi
              Tahap ketiga (Sedimentasi) adalah tahap dimana flok – flok yang terbentuk dalam ukuran yang lebih besar akan turun ke dasar wadah pemisah untuk memisahkan diri dari larutan garam (Brine) dengan percepatan maksimum padatan sesuai konsentrasinya. (Lustika dan Wanti, 2009)
d.   Filtrasi
              Tahap keempat (Filtrasi) adalah tahap melewatkan larutan garam yang telah terpisah dari endapannya pada medium penyaringan. Larutan garam lolos dari media penyaring, sedangkan padatannya akan tertahan pada permukaan media penyaring. Gaya penggerak (Driving Forced) pada proses filtrasi dapat berupa gaya gravitasi, tekanan, atau gaya sentrifugal. (Lustika dan Wanti, 2009)

2.6.       Elektrolisa Larutan Garam (NaCl)
Elektrolisa adalah reaksi kimia yang terjadi dari suatu elektrolit akibat adanya aliran elektron secara terus – menerus pada permukaan elektroda. Reaksi elektrolisa adalah reaksi larutan elektrolit yang bergantung pada arus listrik sebagai energi pengaktifannya. Namun, arus listrik tidak dapat diberikan pada larutan elektrolit tanpa adanya suatu media penghantar. (Prianto, 2008)
Media penghantar yang digunakan adalah berupa padatan logam yang biasa disebut sebagai elektroda. Karena reaksi elektrolisa ini melibatkan 2 jenis fasa (yaitu fasa cair dan fasa padat berarus listrik sebagai katalis), maka reaksi elektrolisa ini dapat digolongkan sebagai reaksi terkatalisis heterogen. (Prianto, 2008)
Elektroda bermuatan negatif disebut katoda, sedangkan elektroda bermuatan positif disebut anoda. Masing – masing elektroda mengikat ion – ion yang memiliki muatan yang bebeda, sehingga ion bermuatan negatif akan menuju anoda dan ion yang bermuatan positif akan menuju katoda. (Abqari, 2012)
Elektrolisa merupakan metode pemisahan ikatan – ikatan senyawa dengan mengalirkan arus listrik pada ikatan senyawa tersebut. Senyawa ionik seperti garam NaCl, terurai pada pelarut seperti air dan membentuk ion – ion dalam larutan. Arus listrik dialirkan diantara dua elektroda inert dalam larutan. (Abqari, 2012)
Pada elektrolisa larutan garam NaCl (Brine Electrolysis), prinsip dasar pada elektroisa ini adalah :
a.    Ion klor (Cl - ) teroksidasi pada anoda membentuk gas Klor (Cl2).
b.    Pada katoda terbentuk Natrium Hidroksida (NaOH) dan gas Hidrogen (H2). (Abqari, 2012)
2.6.1.         Proses Elektrolisis dengan Sel Membran
         Membran merupakan suatu lapisan tipis yang memisahkan dua larutan. Salah satu sifat membran yang penting adalah sifat semipermeabel, yaitu hanya dapat dilewati oleh salah satu komponen larutan, misalnya zat terlarut atau pelarutnya saja. Dengan sifat semipermeabel tersebut, membran dapat digunakan sebagai alat untuk memisahkan suatu komponen dari komponen lainnya.
Berdasarkan sifat listriknya, membran dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
a.    Membran bermuatan tetap Membran bermuatan tetap adalah membran dimana molekul-molekul ioniknya menempel pada kisi (lattice) membran secara kimia. Ion-ion tidak dapat berpindah dan membentuk lapisan tipis bermuatan pada membran. Membran ini dapat dilalui oleh ion-ion tertentu sehingga disebut sebagai membran pertukaran ion (ion exchange membrane). Membran ini dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1)        Membran penukar kation/Cation Exchange Membran (CEM) adalah membran bermuatan negatif (anion) yang hanya dapat dilewati oleh kation.
2)      Membran Penukar Anion/Anion Exchange Membran (AEM) adalah membran bermuatan positif (kation) yang hanya dapat dilewati oleh anion.
3)      Double Fixed Charge Membran (DFCM) adalah membran bermuatan yang memiliki muatan anion dan kation pada bagian lattice tertentu, sehingga jenis membran ini dapat dilewati oleh kation maupun anion.

b.    Membran tidak bermuatan tetap Membran tidak bermuatan tetap disebut juga membran netral. Membran ini terbuat dari polimer yang tidak mengikat ion-ion sebagai ion tetap dan bersifat selektif terhadap larutan kimia. Selektivitas membran netral ditentukan oleh unsur-unsur penyusun, ikatan kimia, ukuran pori-pori, daya tahan terhadap tekanan dan suhu, resistivitas dan konduktansi, serta sifat listrik lainnya.
Secara umum membran yang digunakan dalam proses elektrolisa larutan garam (Brine)  adalah membran penukar ion jenis penukar kation. Membran ini bermuatan negatif (anion) yang hanya dapat dilewati oleh kation. Pada proses elektrolisa membran ditempatkan diantara anoda dan katoda. Membran penukar kation tersebut memiliki peranan penting yaitumenjadi media yang memungkinkan terjadinya perpindahan ion-ion natrium (Na+) dari ruang anoda ke ruang katoda. Namun, membran tersebut mencegah mengalirnya ion Clke ruang katoda dan mencegah sebagian besar ion OH- ke ruang anoda sehingga soda kaustik yang dihasilkan tidak bercampur dengan larutan garam.
Larutan garam murni diinjeksikan ke dalam ruang anoda dimana ion  natrium melewati membran sebagai arus menuju katoda dan bergabung dengan ion hidroksil membentuk kaustik soda(NaOH), sementara ion klorida (Cl-) teroksidasi menjadi gas klorin (Cl2). Sedangkan kaustik soda disirkulasikan untuk mendapat penambahan volume dan konsentrasi dari ion Natrium (Na+) dan air demin (H2O) yang tereduksi menjadi ion hidroksil (OH-) dan gas hidrogen (H2) yang berpindah dari ruang anoda. Sisa garam (Weak Brine) akan meninggalkan ruang anoda bersama gas klorin (Cl2) dan kaustik soda (NaOH)akan meninggalkan ruang katoda bersama gas hidrogen (H2) (Gurning, 2011). Adapun proses elekrolisa yang terjadi dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1. Proses elektrolisa dengan menggunakan sel membrane penukar kation
Sumber: PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, Porsea (2017)
Reaksi sederhana yang terjadi pada proses elektrolisa larutan NaCl adalah sebagai berikut :
Larutan garam yang sudah melalui proses pemurnian, dapat diuraikan dengan proses elektrolisa untuk menghasilkan gas Klorin (Cl2) dan Natrium Hidroksida (NaOH). Reaksi elektrolisa berlangsung dengan memanfaatkan arus listrik yang melewati elektroda – elektroda untuk menguraikan larutan NaCl seperti reaksi di atas (Ridwan dan Halim, 2007).

2.7.       Karakteristik Kalsium (Ca)
          Kalsium adalah adalah salah satu unsur golongan II A atau disebut dengan golongan alkali tanah. Kalsium ditemukan dalam ekosistem air laut dengan konsentrasi yang tinggi. Ion kalsium mempunyai kecenderungan relatif kecil untuk membentuk ion kompleks. (Rizkiyah, 2013). Di dalam larutan garam, kalsium terdapat dalam bentuk Kalsium Klorida (CaCl2). (Lustika dan Wanti, 2009).
Tabel 4. Sifat – sifat Kalsium (Ca)
Jenis Sifat
Keterangan
Nomor Massa
40,08 gr/mol
Titik Leleh
839°C
Titik Didih
1487°C
Densitas, 20°C
1,54 gr/ml
Sumber : Rizkiyah (2013).

2.8.       Karakteristik Magnesium (Mg)
          Magnesium merupakan golongan alkali tanah yang keberadaannya cukup berlimpah dalam perairan. Magnesium juga termasuk unsur ketiga terbanyak yang terlarut dalam air laut. Magnesium mudah membentuk senyawa kovalen, khusunya dengan senyawa organik yang berukuran relatif lebih besar. (Rizkiyah, 2013). Di dalam larutan garam, magnesium terdapat dalam bentuk Magnesium Klorida (MgCl2). (Lustika dan Wanti, 2009)           
Adapun sifat – sifat Magnesium (Mg) antara lain :
Tabel 5. Sifat – sifat Magnesium (Mg)
Jenis Sifat
Keterangan
Nomor Massa
24,312 gr/mol
Titik Leleh
649°C
Titik Didih
1107°C
Densitas, 20°C
1,74 gr/ml
Sumber: Rizkiyah (2013)

2.9.       Konversi Reaksi
            Konversi Reaksi merupakan tingkat keberhasilan suatu reaksi atau bagian dari umpan yang berubah menjadi suatu produk. Konversi reaksi sangat berhubungan dengan tingkat kesempurnaan reaksi. Konversi reaksi dinyatakan dalam persen (%). Konversi reaksi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
         

Sumber: Putrika (2013)

2.10.   Kajian Penelitian Yang Relevan
2.10.1.  Pemurnian NaCl Dengan Menggunakan Natrium Karbonat
Proses pengolahan larutan garam bertujuan untuk memaksimalkan efisiensi dari Cell Electrolyzer yang dilakukan dengan cara mengurangi kandungan zat pengotor seperti Kalsium dan Magnesium yang terdapat dalam larutan garam. Impurities – impurities tersebut dapat bereaksi dengan Natrium Karbonat membentuk endapan putih yaitu CaCO3 dan MgCO3. (Dina dan Istikomah, 2009)
Jika tidak dilakukan pengolahan terlebih dahulu terhadap larutan garam, maka endapan – endapan yang tersebut akan menutupi permukaan membran sehingga akan menghambat pertukaran ion pada proses elektrolisa. Untuk mengurangi kandungan zat pengotor dari larutan garam, dapat dilakuakan berbagai cara. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan resin penukar ion. (Dina dan Istikomah, 2009)
Akan tetapi, proses ini memerlukan biaya yang besar untuk biaya pembelian regenerasi ion. Berdasarkan hal itu, maka digunakan senyawa kimia Natrium Karbonat dengan harga yang lebih murah. Dengan penambahan Natrium Karbonat dalam larutan garam, maka akan terbentuk endapan – endapan CaCO3 dan MgCO3, sehingga larutan garam akan memenuhi spesifikasi sebagai umpan pada proses elektrolisa. (Dina dan Istikomah, 2009)
Natrium Karbonat (Na2CO3) perlu ditambahkan dalam jumlah berlebih agar dapat bereaksi dengan zat pengotor (impurities) seperti Kalsium dan Magnesium. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa untuk menurunkan kandungan zat pengotor dalam larutan garam, diperlukan penambahan Natrium Karbonat berlebih (Excess). (Dina dan Istikomah, 2009)
2.11.   Kerangka Konseptual
Proses pemurnian larutan garam NaCl (Brine) bertujuan untuk mengurangi kandungan zat – zat pengotor (impurities) yang terdapat di dalam larutan garam tersebut. Apabila zat – zat pengotor di dalam larutan garam tidak dikurangi terlebih dahulu maka akan mengganggu proses elektrolisa larutan garam NaCl. 
     Dalam hal ini, kandungan zat – zat pengotor yang dimaksud adalah Kalsium dan Magnesium. Zat – zat pengotor tersebut dapat dikurangi dengan penambahan Natrium Karbonat (Na2CO3). Natrium Karbonat (Na2CO3) yang bereaksi dengan Kalsium dan Magnesium akan membentuk endapan – endapan putih, yaitu CaCO3 dan MgCO3.
     Garam yang merupakan bahan baku untuk proses elektrolisa akan dilarutkan terlebih dahulu dengan air yang disebut dengan Demin Water (Air Demineralisasi) pada temperatur 70 – 75°C dengan bantuan steam, namun steam tidak kontak langsung dengan larutan garam (Indirect Contac). Kandungan zat pengotor berupa Kalsium dan Magnesium yang terdapat di dalam larutan garam (Brine) diturunkan dengan penambahan Natrium Karbonat (Na2CO3).
     Berdasarkan proses yang diamati, maka akan ditentukan jumlah Natrium Karbonat (Na2CO3) yang dibutuhkan untuk mengurangi kandungan Kalsium dan Magnesium di dalam larutan garam (Brine). Untuk dapat lebih memahami proses yang berlangsung, berikut ini adalah diagram alir ataupun
bagan proses pemurnian larutan garam NaCl (Brine) yang diterapkan di Chemical Plant, PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, Porsea.















SALT STORAGE
Demin Water
SALT DISSOLVER
   
              Garam NaCl                                                   
Steam
 
Larutan Brine
70-75 oC
                                                                           
                                                                                                    
Na2CO3
PRECIPITATION
TANK
                                                           

                                                                                  
Larutan Brine

 
                                                                                                    
SETTLER CLARIFIER
Larutan Brine

 
  
                                                                                           
Sluge
CaCO3
           
                                

Gambar 1. Proses Pemurnian Larutan Garam (Brine)
Sumber: PT. Toba Pulp Lestari (2017)












BAB  3
METODE PENELITIAN

3.1.       Tempat dan Waktu Penelitian
3.1.1.      Tempat Penelitian
Penelitian ataupun Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, yang terletak di Desa Sosor Ladang, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba Samosir.

3.1.2.      Waktu Penelitian
Waktu Penelitian ataupun Praktek Kerja Lapangan di unit Brine Treatment, Chemical Plant, PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, Porsea, dilaksanakan mulai tanggal 12 April 2017 dan berakhir pada tanggal 12 mei 2017.

3.2.       Pengumpulan Data
Bahan dan peralatan kerja praktek yang berkaitan dengan pelaksanaan kerja praktek, baik di lapangan maupun di laboratorium antara lain :
3.2.1.      Bahan dan peralatan di lapangan
a.    Bahan
1)   NaCl (Garam)
2)   Demin Water (Air Demineralisasi)
3)   Natrium Karbonat (Na2CO3)
b.    Peralatan
1)   Salt Storage
     Salt Storage berfungsi sebagai tempat penyimpanan garam (Raw Salt) sementara sebelum dilarutkan dengan Demin Water (Air Demineralisasi) di Salt Dissolver (Kolam Pelarutan Garam).
2)   Salt Dissolver
          Salt Dissolver adalah sebuah kolam yang berfungsi untuk melarutkan garam dengan pelarut Demin Water (Air Demineralisasi). Untuk membantu proses pelarutan garam, di dalam kolam Salt Dissolver terdapat sebuah pipa (coil) yang dialiri steam. Steam akan memberikan panas secara Indirect Contact (Kontak Tidak Langsung).
3)   Precipitation Tank
          Precipitation Tank adalah tangki yang berfungsi untuk mereaksikan Natrium Karbonat (Na2CO3) dengan kandungan zat pengotor seperti Kalsium dan Magnesium dalam larutan garam. Precipitation Tank dilengkapi dengan agitator, yaitu pengaduk yang berputar dengan lambat. Dengan adanya agitator pada Precipitation Tank, diharapkan agar reaksi dapat berjalan dengan baik.
4)   Settler Clarifier
          Settler Clarifier adalah alat yang berfungsi untuk memisahkan larutan garam dari sludge (kotoran berbentuk lumpur) yang terbentuk dari hasil reaksi Natrium Karbonat (Na2CO3) dengan ion Kalsium dan Magnesium dalam larutan garam. Pemisahan dengan alat ini menggunakan prinsip gravitasi. Kotoran – kotoran akan turun ke bagian bawah Settler Clarifier sedangkan larutan garam di bagian over flow Settler Clarifier akan mengalir menuju Gravel Filter melalui Receiving Pipe.
5)   Gravel Filter
          Gravel Filter berfungsi untuk menyaring kotoran – kotoran yang masih terikut dalam larutan garam dengan penyaring dari bahan karbon.

         
3.2.2.      Bahan dan peralatan di laboratorium
a.    Bahan
1)   Larutan Garam NaCl dari kolam Salt Dissolver
2)   Larutan Garam NaCl setelah proses pemurnian
3)   Natrium Hidroksida (NaOH) 10%
4)   Larutan EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic) 0,01 N
5)   Larutan Hidrogen Peroksida (H2O2) 3%
6)   Larutan HCl 0,5000 N
7)   Indikator Phenolphtalein (PP)
8)   Indikator Metyl Orange (MO)
9)   Indikator Calcon
10)    Larutan Buffer pH 10
11)    Indikator EBT (Erichrome Black T)
b.    Peralatan
1)   Erlenmeyer 250 ml
2)   Buret Digital 50 ml
3)   Pipet Volume 25 ml
4)   Pipet Ukur 5 ml
5)   Pipet ukur 10 ml
6)   Bola Hisap
7)   Botol Aquadest
8)   Pipet Tetes
9)   Termometer 100°C
10)     Gelas Ukur 100 ml
11)     Hidrometer

3.2.3.      Metode
Metode atau cara – cara yang dilakukan untuk memperoleh hasil kerja praktek berupa data – data, baik di lapangan maupun di laboratorium adalah sebagai berikut :

a.    Metode pengambilan data di lapangan
1)   Tinjauan langsung dilakukan ke PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, Posea, khusunya unit Brine Treatment, Chemical Plant.
2)   Pengenalan awal terhadap bahan – bahan olahan dan peralatan – peralatan proses yang digunakan untuk pengolahan larutan garam (Brine).
3)   Bertanya kepada operator Brine Treatment mengenai pengendalian proses pengolahan larutan garam (Brine).
4)   Pengamatan dilakukan di ruang DCS (Distributor Controller System) dengan mengamati kondisi proses pada sistem kontrol di komputer operator DCS :
1)   Temperatur larutan garam (Brine) dijaga pada range 70 - 75°C.
2)   pH larutan garam (Brine) dijaga pada range 10,5 – 11,5.
3)   Konsentrasi larutan garam (Brine) dijaga pada range 300 – 310 gpl.
4)   Laju alir (Flow) larutan garam (Brine) dijaga pada 15 m3/jam.
5)   Pengambilan sampel larutan garam (Brine) sebelum penambahan Na2CO3 di kolam Salt Dissolver untuk menganalisa konsentrasi Kalsium dan Magnesium dalam larutan garam (Brine) di laboratorium.

b.    Metode pengambilan data di laboratorium
1)   Penetapan konsentrasi Kalsium dalam larutan garam (Brine) sebelum proses pemurnian.
1)   Larutan garam diukur volumenya sebanyak 25 ml dengan menggunakan gelas ukur, lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml.
2)   Larutan NaOH 10% dipipet sebanyak 5 ml kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer berisi larutan garam.
3)   Indikator Calcon ditambahkan ke dalam larutan sehingga warna larutan berubah menjadi merah. Larutan dititrasi dengan larutan EDTA 0,01 N sampai warna larutan berubah menjadi biru. Volume titrasi (B ml).
Sumber : Quality Control Standart Operational Procedure, Brine Treatment
2)   Penetapan konsentrasi Magnesium dalam larutan garam sebelum proses pemurnian.
1)   Larutan garam diukur volumenya sebanyak 25 ml dengan menggunakan gelas ukur, lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml.
2)   Larutan Buffer pH 10 dipipet sebanyak 5 ml kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer berisi larutan garam.
3)   Indikator EBT ditambahkan sebanyak 3 tetes ke dalam larutan sehingga warna larutan berubah menjadi kuning.
4)   Larutan dititrasi dengan larutan EDTA  0,01 N sampai warna larutan berubah menjadi merah. Volume titrasi (A ml).
   Sumber : Quality Control Standart Operational Procedure, Brine Treatment



3)   Penetapan Konsentrasi Natrium Karbonat (Na2CO3) Sisa di dalam larutan garam hasil proses pemurnian.
a)    Larutan garam (Brine) hasil proses pemurnian diukur volumenya sebanyak 10 ml menggunakan gelas ukur, lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml.
b)   Larutan Hidrogen Peroksida (H2O2) 3% dipipet sebanyak 10 ml kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer berisi larutan garam.
c)    Indikator Phenolphtalein (PP) ditambahkan ke dalam larutan sebanyak 3 tetes sehingga warna larutan tersebut berubah menjadi merah muda.
d)   Larutan dititrasi dengan larutan HCl 0,5000 N sampai larutan menjadi tidak berwarna.
e)    Setelah larutan tidak berwarna dan titrasi dihentikan, maka volume titrasi dicatat sebagai (A ml).
f)    Larutan tidak berwarna hasil titrasi pertama ditambahkan indikator Metyl Orange (MO) sebanyak 3 tetes sehingga warna larutan tersebut berubah menjadi jingga.
g)   Larutan dititrasi dengan larutan HCl 0,5000 N sampai warna larutan berubah menjadi merah.
h)   Setelah warna larutan berubah menjadi merah dan titrasi dihentikan, maka volume dicatat sebagai (B ml).

Sumber : Quality Control Standart Operational Procedure, Brine Treatment



BAB  4
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Data HasilKerjaPraktek
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan maupun di laboratorium, maka telah dikumpulkan data – data yang diperlukan untuk menghitung konversi reaksi Natrium Karbonat untuk menurunkan konsentrasi Kalsium dalam larutan garam (Brine).
Tabel 6. Data hasil pengamatan di Laju Brine, Konsentrasi Brine dan  
               Temperatur Brine di Unit Chemical PT. Toba Pulp Lestari.
No.
LajuAlirBrine
(NaCl)
(m3/jam)
KonsentrasiBrine (NaCl)
(gr/L)
TemperaturBrine di Salt Disolver
(NaCl)
(°C)
1
15
300
70
2
15
295
75
3
15
302
75
4
15
290
70
5
15
295
75
6
15
298
75
7
15
305
75
8
15
290
70
9
15
297
75
10
15
295
70
Sumber :Chemical Plant DCS Logsheet, PT. Toba Pulp Lestari, Tbk


Tabel 7. Data pengamatan di laboratorium pengukuran kadar Ca di dalam 
               larutan Brine
No.
Konsentrasi Ca sebelum proses pemurnian Brine
(gr/L)
Konsentrasi Ca
setelah proses pemurnian Brine
(ppb) *
Konsentrasi Na2CO3 Sisa dalam larutan Brine
(gr/L)
1
0,284
25
0,5830
2
0,224
28
0,5141
3
0,194
27
0,5989
4
0,445
30
0,5406
5
0,36
25
0,5883
6
0,241
26
0,5830
7
,236
29
0,5141
8
0,18
25
0,5989
9
0,453
30
0,5406
10
0,366
27
0,5883
(*) Sumber :Quality Control Laboratory Logsheet, PT. Toba Pulp Lestari, Tbk









SALT DISSOLVER
70-75 oC

PRECIPITATION
TANK
SALT STORAGE
Demin Water
NaCl
 



Steam
                                                                         
Larutan Brine
                                                                                                    
                                                    
Na2CO3
 
                                                                            

Larutan Brine

                                                                                                    

SETTLER CLARIFIER
Larutan Brine

 


                                                                  
           
                      
Sluge
CaCO3
 


Gambar 3. Proses PemurnianLarutanGaram (Brine)
Sumber: PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, Porsea (2017)



4.2.   Analisa Data
Jumlah NatriumKarbonat (Na2CO3) yang dibutuhkan untuk menurunkan konsentrasi Kalsium dan Magnesium dalam larutan garam, dihitung berdasarkan jumlah Kalsium sebelum proses pemurnian.

PRECIPITATION TANK
Brine : 15 m3/Jam
CaCl2  : 0,284 gr/l
MgCl2 : 0,270 gr/l
CaCl2    : 0,000025 gr/l
MgCl2     : 0,000020 gr/l
Na2CO3 : 0,5830 gr/l




Brine : 15 m3/Jam
Na2CO3 (kg/jam)
CaCO3 (kg/jam)

SETTLER CLARIFIER
 











4.2.1.   Menghitung massa CaCl2 sebelum dan sesudah pemurnian untuk kapasitas Brine olahan 15 m3/jam.
a.       Menghitung massa CaCl2 sebelum pemurnian.
Massa CaCl2    = Konsentrasi CaCl2 yang masuk×laju Brine
                        = 0,284 × × 1000  ×
Massa CaCl2     = 4,260
Dari hasil perhitungan diperoleh massa CaCl2 sebelum pemurnian adalah 4,260 kg/jam.



Kmol CaCl2     =
                   =
Kmol CaCl2    = 0,0384
            Dari hasil perhitungan diperoleh Kmol CaCl2 sebelum pemurnian adalah 0,03834Kmol/jam.

b.      Menghitung massa CaCl2 sisa setelah pemurnian.
Massa CaCl2    = Konsentrasi CaCl2 sisa setelah pemurnian × laju
                          Brine
= 0,000025 × × 1000  ×
Massa CaCl2     = 0,000375
Dari hasil perhitungan diperoleh massa CaCl2 setelah pemurnian adalah0,000375 kg/jam.

Kmol CaCl2     =
                   =
                   = 3,375× 10-6
Dari hasil perhitungan diperoleh Kmol CaCl2 setelah pemurnian adalah 3,375 x 10 -6 Kmol/jam.


c.       Menghitung CaCl2 yang bereaksi
CaCl2 yang bereaksi          = Kmol CaCl2 sebelum pemurnian – Kmol
              CaCl2 setelah pemurnian
= 0,038351 3,375× 10-6
= 0,0384
Dari hasil perhitungan diperoleh CaCl2 yang bereaksi adalah 0,0384 Kmol/jam.

4.2.2.   Menghitung massa MgCl2 sebelum dan sesudah pemurnian.
Na2CO3 yang ditambahkan kedalam Precipitation Tank ditujukan untuk mengendapkan CaCl2 juga dimaksudkan untuk mengendapkan MgCl2, artinya bahan Na2CO3 terkonversi untuk dua reaksi parallel yaitu bereaksi dengan CaCl2 dan MgCl2 untuk kapasitas brine olahan 15 m3/jam.
a.       Menghitung massa MgCl2 sebelum pemurnian.
Massa MgCl2   = Konsentrasi MgCl2 yang masuk × laju Brine
                        = 0,270 × × 1000  ×
Massa MgCl2   = 4,05
Dari hasil perhitungan diperoleh massa MgCl2 sebelum pemurnian adalah 4,05 kg/jam.
Kmol MgCl2    =
                   =
Kmol MgCl2   = 0,0426
Dari hasil perhitungan diperoleh Kmol MgCl2 sebelum pemurnian adalah 0,0426 Kmol/jam.
b.      Menghitung massa MgCl2 sisa setelah pemurnian.
Massa MgCl2   = Konsentrasi MgCl2 setelah pemurnian × laju Brine
= 0,00002 × 15 × 1000  ×
Massa MgCl2   = 0,0003
Dari hasil perhitungan diperoleh massa MgCl2 setelah proses  pemurnian adalah 0,0003 kg/jam.

Kmol MgCl2    =
                   =
Kmol MgCl2   = 0,00000315
Dari hasil perhitungan diperoleh Kmol MgCl2 sebelum pemurnian adalah 0,00000315 Kmol/jam

c.       Menghtung Kmol CaCl2 yang bereaksi
MgCl2 yang bereaksi   = Kmol MgCl2 sebelum pemurnian – Kmol
             MgCl2  setelah pemurnian
= 0,0426  0,00000315
MgCl2 yang beraksi     = 0,0426
Dari hasil perhitungan diperoleh Kmol MgCl2 yang bereaksi adalah 0,0426 Kmol/jam.
4.2.3.      Menghitung Natrium Karbonat (Na2CO3) yang bereaksi dengan CaCl2 dan MgCl2 secarastokiometri.
Reaksi pengendapan:
Na2CO3 + CaCl2→↓CaCO3  +2NaCl
Na2CO3 + MgCl2→↓MgCO3 + 2NaCl

Kebutuhan Na2CO3        =  × kmol CaCl2 yang bereaksi) +
                                         (  × kmol MgCl2 yang bereaksi)
                                     × BM Na2CO3
                                           =    ( × 0,03835 ) + (  × 0,0426 )   ×
     106
Kebutuhan Na2CO3      = 8,5807
Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah Natrium Karbonat (Na2CO3) yang bereaksi dengan CaCl2d an MgCl2 adalah 8,5807 kg/jam.

4.2.4.      Menghitung Na2CO3 yang masuk kedalam Pricipitation Tank.
a.       Menghitung Massa Na2CO3 yang sisa setelah proses pemurnian Brine.
Massa Na2CO3      = Konsentrasi Na2CO3 setelah pemurnian × laju
                                       Brine
= 0,5830  × 15 × 1000  ×
Massa Na2CO3        = 8,7450

Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah Natrium Karbonat (Na2CO3) sisa yang terdapat pada produk brine setelah pemurnian adalah 8,7450 kg/jam.


Kmol Na2CO3       =
                        =
= 0,0825
Dari hasil perhitungan diperoleh Kmol Natrium Karbonat (Na2CO3) yang terdapat pada produk brine setelah proses pemurnian adalah 0,0825Kmol/jam.

b.      Menghitung Na2CO3 yang masuk kedalam Precipitation Tank.
Na2CO3                 = (Massa Na2CO3yang bereaksi dengan CaCl2 dan
    MgCl2) + (Massa Na2CO3 sisa pada produk
    Brine)
= 8,5807  + 8,7450
= 17,3257

Dari hasil perhitungan, diperoleh jumlah Natrium Karbonat (Na2CO3) yang masuk kedalam Precipitation Tank adalah 17,3257  untuk 15 m3/jam unpan Brine.






4.2.5.     Menghitung Konversi Reaksi Na2CO3 (%).
Konversireaksi Na2CO3 (%)
% KonversiReaksi       =  x 100 %
=  x 100 %
% KonversiReaksi       =  49,53 %
Dari hasil perhitungan, diperoleh % konversi reaksi Natrium Karbonat adalah 49,53%

4.2.6.      Menghitung Excess Na2CO3 (%)
Excess Na2CO3           = x 100 %
                                    = x 100 %
                                    =  x 100 %
Excess Na2CO3           =  101.92 %
Dari hasil perhitungan, diperoleh % Excess Natrium Karbonat adalah 101,92%

4.2.7.      Menghitung % penambahan Na2CO3 terhadap jumlah brine untuk laju umpan 15 m3/jam
% Penambahan Na2CO3          =  ×100%
= × 100%
= 0,04 %





Tabel 8. Data hasil perhitungan proses pemurnian larutan garam(Brine)
No.
Konsentrasi CaCl2sebelum proses pemurnian
(gr/L)
Konsentrasi  CaCl2setelah proses pemurnian
(ppb)
Konsentrasi  MgCl2sebelum proses pemurnian
(gr/L)
Konsentrasi  MgCl2setelah proses pemurnian
(ppb)
Jumlah Na2CO3 yang dibutuhkan
(kg/jam)
Jumlah Na2CO3 yang sisapadaBrine
(kg/jam)
Jumlah Na2CO3 yang masuk
(kg/jam)
Excess
Na2CO3


(%)
KonversiReaksi


(%)
1
0,284
25
0,27
20
8,5807
8,7450
17,3257
101,92
49,53
2
0,224
28
0,307
27
8,3437
7,7115
16,0552
92,42
51,97
3
0,194
27
0,317
25
8,0817
8,9835
17,0652
111,16
47,36
4
0,445
30
0,36
30
12,3941
8,1090
20,5031
65,43
60,45
5
0,36
25
0,28
25
9,8386
8,8245
18,6631
89,69
52,72
6
0,241
26
0,35
29
9,3068
8,7450
18,0518
93,96
51,56
7
0,236
29
0,46
25
11,0762
7,7115
18,7877
69,62
58,95
8
0,18
25
0,144
28
4,9858
8,9835
13,9693
180,18
35,69
9
0,453
30
0,34
30
12,1739
8,1090
20,2829
66,61
60,02
10
0,366
27
0.364
25
11,3303
8,8245
20,1548
77,88
56,22
Rata-Rata
9.6112
8.4747
18.0859
94,89
52,44


4.3  Pembahasan
Proses pemurnian larutan garam (Brine) dilakukan untuk mengurangi zat pengotor di dalam larutan garam. Zat pengotor seperti Kalsium yang terdapat di dalam larutan garam tidak dibenarkan ada dalam jumlah yang besar. Jika zat pengotor di dalam larutan garam tersebut tidak dikurangi terlebih dahulu, maka akan mengganggu proses elektrolisa larutan garam itu sendiri.
Untuk mengurangi zat pengotor yang terkandung di dalam larutan garam, maka dilakukan penambahan Natrium Karbonat (Na2CO3) untuk mengikat Kalsium. Natrium Karbonat (Na2CO3) akan bereaksi dengan Kalsium membentuk endapan – endapan putih. Dari hasil analisa data yang dilakukan, maka dapat dilihat bahwa Natrium Karbonat (Na2CO3) dapat menurunkan konsentrasi Kalsium di dalam larutan garam (Brine).
Hasil analisa data yang menunjukkan bahwa adanya penurunan konsentrasi Kalsium di dalam larutan garam (Brine) setelah penambahan Natrium Karbonat (Na2CO3), membuktikan bahwa terjadi reaksi antara Natrium Karbonat (Na2CO3) dengan Kalsium yang terkandung di dalam larutan garam (Brine).
Berdasarkan penurunan kandungan zat pengotor (impurities) berupa Kalsium yang terdapat di dalam larutan garam (Brine) maka dapat ditentukan jumlah Natrium Karbonat (Na2CO3) yang bereaksi terhadap zat pengotor. Zat pengotor seperti Kalsium yang terdapat di dalam larutan garam dalam bentuk CaCl2 bereaksi dengan Natrium Karbonat (Na2CO3) membentuk endapan CaCO3.
Dari hasil perhitungan atau analisa data yang telah dilakukan, maka diperoleh jumlah Natrium Karbonat (Na2CO3) yang dibutuhkan untuk menurunkan konsentrasi Kalsium dan Magnesium di dalam larutan garam (Brine) dengan rata – rata 9.6112kg/jam dengan Excess Na2CO3  rata – rata sebesar 94,89% dan Konversi Reaksi Na2CO3 rata – rata 52,44 %. 
Hal ini mengakibatkan ada sejumlah Na2CO3 berlebih di dalam larutan garam (Brine). Na2CO3 ditambahkan dalam jumlah berlebih agar dapat mengikat Kalsium dan Magnesium dalam larutan garam sebanyak mungkin. Akan tetapi, untuk menghindari kerugian secara ekonomis akibat penggunaan Na2CO3 yang terlalu berlebihan, maka spesifikasi konsentrasi Na2CO3 yang diizinkan dalam larutan garam (Brine) adalah 0,5 – 0,6 gr/L.
Konsentrasi brine yang dihasilkan dari hasil pemurnian memenuhi spesifikasi mutu yaitu, konsentrasi ca < 30 ppb dan Mg 30 ppb.


BAB  5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.       Kesimpulan
1.    Berdasarkan hasil analisa data, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah Natrium Karbonat (Na2CO3) yang dibutuhkan untuk menurunkan konsentrasi Kalsium dan Magnesiumdalam larutan garam (Brine) dengan laju 15 m3/jam sebesar 9,6112 kg/jam.
2.    Konversi Reaksi Natrium Karbonat (Na2CO3) dengan larutan garam (brine) sebesar 52,44 %.
5.2.       Saran
Untuk menghindari kerugian secara ekonomis akibat penggunaan Na2CO3 yang terlalu berlebihan dengan spesifikasi Na2CO3 yang diizinkan ada dalam larutan garam adalah 0,5 – 0,6 gr/L dapat dilakukan dengan mengurangi Na2CO3 yang masuk kedalam Precipitation Tank yang bertujuan unuk mengurangi % Excess yang sangat besar.



DAFTAR PUSTAKA

Abqari, Fakhrian.2012. Aplikasi Teknologi Elektrolisis Plasma Pada Proses Produksi Klor Alkali. Depok : Departemen Teknik Kimia, Universitas Indonesia.
Agus Supangat, dkk.2006. Garam dan Artemia. Jakarta : Departemen Kelautan.
Angela dan Judy.2014. Pemurnian Garam Dengan Metode Hidroekstraksi Batch. Parahyangan : Universitas Katolik Parahyangan.
Anonim. 2010. Chemical Plant Manual Training. PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea.
Austin, George T.1996. Industri Proses Kimia Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Bahruddin, dkk.2003. Penentuan Rasio Ca/Mg Optimum Pada Proses Pemurnian Garam Dapur. Pekanbaru : FT Universitas Riau.
Chanel, dkk.2013. Penggunaan Metode Presipitasi Untuk menurunkan Kadar Cu Dalam Limbah Cair Industri Perak Di Kotagede. Yogyakarta : FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
Dina dan Istikomah.2009. Pemurnian NaCl Dengan Menggunakan Natrium Karbonat. Semarang: Universitas Diponegoro.
Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia.2009. Roadmap Industri Kertas. Jakarta : Departemen Perindustrian.
Hudi, Yaman.2009. Perancangan Pabrik Natrium Karbonat Dengan Proses Solvay Dari Amonia, Garam Dan Batu Kapur Dengan Kapasitas 250.000 Ton/Th. Surakarta : Universitas Muhammadiyah.
Hiskia dan Tupamahu.1991. Stoikiometri Energetika Kimia. Bandung : Penerbit PT. Citra Aditya Bakti.
Lustika dan Wanti.2009. Pemurnian Larutan Garam (Brine) Dari Impuritas Ca2+ Dan Mg2+ Dengan Penambahan Na2CO3 Dan NaOH. Semarang : Universitas Diponegoro.
Mary dan Suryani.2012. Studi Pengolahan Air Melalui Media Filter Pasir Kuarsa (Studi Kasus Sungai Malimpung). Makassar : Universitas Hasanuddin.
Prianto, Bayu.2008. Katalisis Heterogen Dengan Mekanisme Langmuir Hinshelwood Sebagai Model Reaksi Elektrolisis NaCl. LAPAN.
Purnawan dan Cyrilla.2014. Pembuatan Pulp Dari Serat Aren (Arenga Pinnata) Dengan Proses Nitrat Soda. Yogyakarta : Institut Sains Dan Teknologi AKPRIND.
Putrika.2013. Neraca Massa Dengan Reaksi Kimia. Surabaya : ITS
Ridwan dan Halim.2007. Pembuatan Gas Klorin (Cl2) Dan Natrium Hidroksida (NaOH) Dari Hasil Pemurnian Garam Jangka Aceh. Aceh : Politeknik Negeri Lhokseumawe.
Rizkiyah, Inayatu.2013. Identifikasi Kandungan Mineral Sulfat (SO42-), Klorida (Cl ̅  ), Magnesium (Mg) Dan Kalsium (Ca) Pada Air Panas Obyek Wisata Pemandian Air Panas Guci, Tegal. Semarang : IAIN Walisongo.
Sastrohamidjojo, Hardjono.1995. Kimia Kayu, Dasar – Dasar Dan Penggunaan Edisi Kedua. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Sugili Putra, dkk.2009. Optimasi Tawas Dan Kapur Untuk Koagulasi Air Keruh Dengan Penanda I – 131. Yogyakarta: BATAN.
Tarigan, Jenni. 2015. Proses Industri Kimia II. Medan : PTKI Medan.
Yulianti, Devi.2016. Analisis Kelistrikan Sel Volta Memanfaatkan Logam Bekas. Lampung : FMIPA UNILA
Zulferiyenni, dkk.2009. Proses Pembuatan Pulp Berbasis Ampas Tebu : Batang Pisang Dengan Metode Acetosolve. Bandar Lampung : Universitas Lampung.

“PERHITUNGAN KONVERSI REAKSI NATRIUM KARBONAT (Na2CO3) UNTUK MENURUNKAN KADAR Ca2+ PADA UNITCHEMICAL PLANT DI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk, PORSEA ”

“PERHITUNGAN KONVERSI REAKSI NATRIUM KARBONAT (Na 2 CO 3 ) UNTUK MENURUNKAN KADAR Ca 2+ PADA UNITCHEMICAL PLANT DI PT. TOBA PULP LE...